BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 13 Januari 2012

Etnik Aceh

TUGAS KELOMPOK

KEBUDAYAAN ACEH 


Disusun oleh :
Israruddin (211000026)
Muhammad Fadly (211000023)
Raditia (209000309)




PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS FALSAFAH DAN ILMU PERADABAN
UNIVERSITAS PARAMADINA
2011


ACEH
            Kota Banda Aceh adalah ibukota Provinsi Aceh, Indonesia. Dahulu kota ini bernama Kutaraja, kemudian sejak 28 Desember 1962 namanya diganti menjadi Banda Aceh. Walaupun  sebenarnya keberadaan kota ini sudah ada sejak 805 tahun yang lalu. Sekarang Kota Banda Aceh selain sebagai pusat pemerintahan, juga menjadi pusat segala kegiatan ekonomi, politik, sosial, budaya dan pariwisata.
Pada tanggal 26 Desember 2004 yang lalu, kota ini dilanda gelombang pasang tsunami yang diakibatkan oleh gempa 9 skala richter di Samudera Indonesia. Bencana ini menelan ratusan ribu jiwa penduduk dan menghancurkan lebih dari 60% bangunan kota ini. Tapi sekarang Kota Banda Aceh mulai memancarkan pesonanya.Kota Banda Aceh merupakan ibukota Provinsi Aceh.
Aceh yang sebelumnya pernah disebut dengan nama Daerah Istimewa Aceh (1959-2001) dan Nanggroe Aceh Darussalam (2001-2009) adalah provinsi paling barat di Indonesia. Aceh memiliki otonomi yang diatur tersendiri, berbeda dengan kebanyakan provinsi lain di Indonesia, karena alasan sejarah. Daerah ini berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah barat, Selat Malaka di sebelah timur, dan Sumatera Utara di sebelah tenggara dan selatan.
Ibu kota Aceh ialah Banda Aceh. Pelabuhannya adalah Malahayati-Krueng Raya, Ulee Lheue, Sabang, Lhokseumawe dan Langsa. Aceh merupakan kawasan yang paling buruk dilanda gempa dan tsunami 26 Desember 2004. Beberapa tempat di pesisir pantai musnah sama sekali. Yang terberat adalah Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Barat, Singkil dan Simeulue.
Aceh mempunyai kekayaan sumber alam seperti minyak bumi dan gas alam. Sumber alam itu terletak di Aceh Utara dan Aceh Timur. Aceh juga terkenal dengan sumber hutannya, yang terletak di sepanjang jajaran Bukit Barisan, dari Kutacane, Aceh Tenggara, Seulawah, Aceh Besar, sampai Ulu Masen di Aceh Jaya. Sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) juga terdapat di Aceh Tenggara.
Suku bangsa
Provinsi Aceh memiliki 13 suku asli, yaitu: Aceh, Gayo, Aneuk Jamee, Singkil, Alas, Tamiang, Kluet, Devayan, Sigulai,Pakpak, Haloban, Lekon dan Nias. Hasil sensus penduduk tahun 2000 menunjukkan hasil sebagai berikut: Aceh (50,32%), Jawa (15,87%), Gayo (11,46%), Alas (3,89%), Singkil (2,55%), Simeulue (2,47%), Batak (2,26%), Minangkabau (1,09%), Lain-lain (10,09%).
Bahasa
Provinsi Aceh memiliki 13 buah bahasa asli yaitu bahasa Aceh, Gayo, Aneuk Jamee, Singkil, Alas, Tamiang, Kluet, Devayan, Sigulai, Pakpak, Haloban, Lekon dan Nias.
Agama
Sebagian besar penduduk di Aceh menganut agama Islam. Dari ke 13 suku asli yang ada di Aceh hanya suku Nias yang tidak semuanya memeluk agama Islam.
Agama lain yang dianut oleh penduduk di Aceh adalah agama Kristen yang dianut oleh pendatang suku Batak dan sebagian warga Tionghoa yang kebanyakan bersuku Hakka. Sedangkan sebagian lainnya tetap menganut agama Konghucu. Selain itu provinsi Aceh memiliki keistimewaan dibandingkan dengan provinsi yang lain, karena di provinsi ini Syariat Islam diberlakukan kepada sebagian besar warganya yang menganut agama Islam.
Aceh merupakan kawasan yang sangat kaya dengan seni budaya galibnya wilayah Indonesia lainnya. Aceh mempunyai aneka seni budaya yang khas seperti tari-tarian, dan budaya lainnya seperti:
Sistem Pengetahuan
Masyarakat adat Aceh memiliki system pengetahuan yang mencakup tentang flora, fauna, bagian tubuh manusia, gejala alam dan waktu. Sesungguhpun masyarakat Adat Aceh memiliki pengetahuan mengenai   flora, fauna, bagian tubuh manusia, gejala alam dan waktu, itupun hanya diketahui oleh sebagian kecil masyarakat. Mereka adalah dukun, orangtua adat dan keujreun.
Sistem Kesenian
Tiap masyarakat adat Aceh memiliki bahaasa pergaulan dan pengantar. Masyarakat adat Aceh memiliki bahasa aceh sebagai bahasa pergaulan. Bahasa tersebut memiliki dialek atau intonasi yang berbeda di setiap tempat. Timbulnya perbedaaan dialek ini disebabkan letak geografisnya dan factor interaksi yang berlangsung antara beberapa kelompok masyarakat pendukung bahasa di suatu tempat.
Kesenian yang terkenal diantaranya:
Ø Dabol, suatu kesenian yang dimainkan oleh beberapa orang dengan menggunakan gendrang atau rapat. Dalam kesenian ini terpadu unsure seni musik, seni suara dan seni tari
Ø Rantak kudo adalah suatu bentuk pertunjukan kesenian yang dimainkan oleh beberapa orang. Dalam bentuk kesenian ini terbatu unsure seni suara dan seni tari. Badam piang juga merupakan suatu bentuk kesenian yang dimainkan oleh beberapa orang.
Ø Pencak adalah bentuk seni beladiri yang dimainkan oleh 2 orang yang saling bertarung.
Ø pelintau adalah juga bentuk seni beladiri yang dimainkan oleh 2 orang yang saling bertarung dengan menggunakan kayu sebagai senjata.
Ø Jampen adalah suatu bentuk seni musik tradisional yang perkakasnya dibuat dari kayu dan kulit kambing serta suling dan tali dawai.

Provinsi Aceh yang memiliki setidaknya 10 suku bangsa, memiliki kekayaan tari-tarian yang sangat banyak dan juga sangat mengagumkan. Beberapa tarian yang terkenal di tingkat nasional dan bahkan dunia merupakan tarian yang berasal dari Aceh, seperti Tari Rateb Meuseukat dan Tari Saman.

Tarian Suku Aceh
Tarian Suku Gayo


Sistem Teknologi dan Peralatan Hidup
Gambaran dari adat upacara dalam membangun rumah pada masyarakat Aceh merupakan manifestasi dari perwujudan suatu hasil dari suatu proses pengambilan keputusan oleh banyak pihak dalam kurun waktu tertentu. Pengaruh dan bentuk-bentuk kondisi sosial-ekonomi, sosial-politik dan sosial-budaya yang berbeda yang melatar-belakangi proses dalam waktu pembentukan lingkungan tersebut, memberikan warna dan ciri tersendiri pada wujud fisiknya. Secara lebih nyata, hasil pengolahan pemahaman dan interpretasi terhadap lingkungan hidup, akan diwujudkan kedalam bentuk tindakan (cultural behavior) dan biasanya terwujud juga dalam bentuk benda-benda budaya (cultural artifact).
Dalam konteks ini dapat kita lihat pada upacara adat membangun rumah pada masyarakat Aceh seperti telah dipaparkan pada bagian di atas. Misalnya, tindakan yang diboleh dan tidak dibolehkan (larangan/ pantangan). Pemilihan bahan untuk membangun rumah atau pengaturan pembangunan rumah bagi anggota masyarakat yang baru.
Rumah yang dibangun oleh masyarakat Aceh tidak hanya dipandang sebagai sebuah kebudayaan materi semata, tetapi juga dapat dipandang sebagai interaksi manusia dengan lingkungan hidup yang dihadapinya. Selain itu, hasil karya manusia yang berbentuk benda-benda materi pada dasarnya juga berkaitan dengan peradaban (civilization) yang melingkupi manusia tersebut. Lingkungan sebagai suatu area yang harus dipahami mendorong manusia untuk menggunakan teknologinya guna kepentingan pemenuhan yang kemudian mendorong bekerjanya aspek-aspek lain dalam kebudayaan seperti kekerabatan, kepercayaan, kesenian, struktur sosial. Yang kesemuanya itu untuk pemenuhan kebutuhan manusia secara biologi, sosial dan psikologi.

Akhirnya, segala simbol-simbol pengetahuan yang terdapat dalam upacara adat pembangunan rumah pada masyarakat Aceh terintegrasi dengan sistem teknologi, dan struktur sosial. Kesemua hal itu merupakan satu perangkat kognitif manusia sebagai sebuah kebudayaan. Seringkali apabila diperhatikan kebudayaan ini memiliki nilai-nilai kearifan di dalam mengelola agar lingkungan tidak cepat rusak/punah.

Senjata tradisional

Rencong adalah senjata tradisional Aceh, bentuknya menyerupai huruf L, dan bila dilihat lebih dekat bentuknya merupakan kaligrafi tulisan bismillah. Rencong termasuk dalam kategori dagger atau belati (bukan pisau ataupun pedang).
Selain rencong, bangsa Aceh juga memiliki beberapa senjata khas lainnya, seperti Sikin Panjang, Perisai Awe, Perisai Teumaga, siwah, geuliwang dan peudeueng.
Rumah Tradisional
Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan seuramoë likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah dapur).

Makanan Khas

Aceh mempunyai aneka jenis makanan yang khas. Antara lain timphan, gulai itik, kari kambing yang lezat, Gulai Pliek U dan meuseukat yang langka. Di samping itu emping melinjo asal kabupaten Pidie yang terkenal gurih, dodol Sabang yang dibuat dengan aneka rasa, ketan durian (boh drien ngon bu leukat), serta bolu manis asal Peukan Bada, Aceh Besar juga bisa jadi andalan bagi Aceh.

Sistem Organisasi Sosial
Struktur lapisan masyarakat Aceh yang secara historis dikelompokkan kedalam dua golongan yaitu umara dan ulama tentu saja tidak selaras dengan sistem sentral yang diterapkan oleh pemerintah pusat. Umara merupakan perwujudan pemerintah atau pejabat pelaksana pemerintah dalam satu unit wilayah kekuasaan, sedangkan ulama adalah pemimpin yang mengurusi masalah agama atau hukom atau syariah islam. Kedua golongan masyarakat tersebut memegang peranan penting dalam struktur masyarakat Aceh yang merupakan wujud kearifan lokal masyarakat setempat.
Secara umum, dalam sistem adat masyarakat Aceh, organisasi sosial sebagai bentuk kesatuan hidup setempat yang terkecil disebut gampong (kampung atau desa) yang dikepalai oleh seorang geucik atau kecik. Dalam setiap gampong ada sebuah meunasah (masjid/madrasah) yang dipimpin seorang imeum meunasah. Kumpulan dari beberapa gampong disebut mukim yang dipimpin oleh seorang imeum mukim. Kehidupan sosial dan keagamaan di setiap gampong dipimpin oleh pemuka-pemuka adat dan agama, seperti imeum meunasah, teungku khatib, tengku bile, dan tuha peut (penasehat adat). Institusi ini juga merupakan lembaga pemerintahan. Jadi, setiap kejadian dalam kehidupan bermasyarakat, Ureueng Aceh (sebutan untuk orang Aceh) selalu menyelesaikan masalah tersebut secara adat yang berlaku dalam masyarakatnya.
Dalam sistem sosial masyarakat Aceh, gampong dan mukim masih lestari hingga kini. Oleh karena itu perlu diulas secara khusus keberadaan kedua lembaga sosial tersebut.
a) Gampong merupakan kesatuan masyarakat hukum sebagai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah mukim yang menempati wilayah tertentu dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri. keuchik adalah Kepala Badan Eksekutif gampong.
- Keujrun Blang adalah ketua adat yang membantu pimpinan gampong dalam urusan pengaturan irigasi untuk pertanian dan sengketa sawah.
- Panglima Laot adalah ketua adat yang memimpin urusan bidang pengaturan penangkapan ikan di laut (seungketa laot).
- Peutua Seuneubok adalah ketua adat yang mengatur tentang pembukaan hutan, perladangan, dan perkebunan pada wilayah gunung dan lembah.
- Haria Peukan adalah pejabat adat yang mengatur ketertiban, kebersihan dan pajak retribusi pasar.
- Syahbandar adalah pejabat adat yang mengatur urusan tambatan kapal atau perahu, lalu lintas angkutan laut, sungai dan danau.
Meunasah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gampong. Lembaga tersebut dijadikan identitas keacehan yang telah memberikan kontribusi dalam membangun pola sumberdaya masyarakat berfungsi sebagai organisasi sosial yang memiliki muatan nilai-nilai aspiratif, inspiratif, energis, dan islami. Secara lebih rinci fungsi meunasah dapat dirumuskan sebagai tempat ibadah/shalat berjamaah, dakwah dan diskusi, musyawarah, penyelesaian sengketa, pengembangan kreasi seni, pembinaan dan posko generasi muda, forum asah terampil dan olahraga, pusat pemerintahan gampong. Dari fungsi tersebut, disimpulkan bahwa fungsi meunasah menjadi titik sentral pembangunan masyarakat.
b) Mukim merupakan kesatuan masyarakat hukum dalam provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang terdiri atas gabungan beberapa gampong yang memiliki batas wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri, serta berkedudukan langsung di bawah camat yang dipimpin oleh imeum mukim. Berdasarkan Qanun No.4 tahun 2003, Kepala Pemerintahan Mukim adalah Imeum Mukim dengan dibantu oleh imeum chik, tuha peut mukim, sekretaris mukim, Majelis Adat Mukim dan Majelis Musyawarah Mukim (www.acehinstitute.org.id diakses pada 30 Desember 2008).
Lembaga-lembaga adat itu sekarang terkesan hilang dalam masyarakat Aceh, karena derasnya arus globalisasi dan westernisasi serta penerapan sistem sentral yang memberikan perubahan pada peradaban masyarakat Aceh.Lahirnya UU Nomor 11 tahun 2006 memperlihatkan pemerintah Indonesia telah mulai berpihak kepada masyarakat Aceh dengan mulai diakuinya keberadaan mukim dan gampong serta lembaga adat lainnya.
Mata Pencaharian
Secara Umum Mata Pencaharian masyarakat aceh adalah bertani(sawah,ladang, dan berkebun) dan menangkap ikan. Berburu dan meramu(meracik obat) hampir menghilang pada masyarakat aceh.
Potensi Aceh
Aceh Yang terdiri dari 23 Daerah Kabupaten/Kota, 147 Kecamatan dan 5.529 Desa dengan jumlah penduduk secara keseluruhan mencapai 4.225.669 Jiwa. Aceh memiliki sumber daya alam yang besar di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan/kelautan. Selain itu Aceh juga memiliki potensi sumber daya alam lainnya seperti gas dan minyak bumi, emas, batu bara, dan panas bumi. Aceh juga kaya dengan sejarah dan kebudayaan sehingga dapat dijadikan sebagai potensi pariwisata yang handal di Asia.
Prioritas kebijakan ekonomi mulai pengembangan potensi komoditas unggulan Kabupaten/Kota sebagai pondasi untuk membangun Aceh menjadi HUB logistik Regional untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka mengurangi angka/tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota. Pada akhirnya, hal tersebut diharapkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal dan Nasional. (sumber : Biro Perekonomian Setda Aceh).
Kekurangan Budaya Aceh
            Tidak jauh berbeda dengan budaya lain yang ada di Indonesia, Aceh juga memiliki Kekurangan dalam masyarakat budayanya. Diantaranya adalah orang aceh sering disebut malas, karena pada kenyataan banyak orang aceh yang hanya menghabiskan waktu di warung kopi. Buktinya banyak warung kopi yang buka 24 jam. Selain itu, orang Aceh juga dikenal keras kepala dan gampang emosi. selain itu oarang aceh jug dikenal sulit menerima perubahan dan hal baru. Ini diakibatkan karena orang aceh gampang curiga. Ini juga disebabkan oleh konflik panjang yang membuat masyarakat aceh tidak begitu terbuka dengan kebudayaan baru.
Promosi Budaya Aceh
Promosi budaya Aceh dilakukan dalam berbagai cara. Diantaranya adalah dengan mencetusnya Visit Banda Aceh Year 2011. Pemerintah Aceh berkomitmen untuk meningkatkan keterkenalan Budaya Aceh dimata Internasional. Dalam Agenda Visit Banda Year sendiri ada banyak Program-program yang telah diadakan pada tahun 2011. Diantaranya Adalah Banda Aceh Fishing Tournament, Aceh Coffe Festival, Sabang Internasional Reggeta 2011, Aceh Internasional Kite Festival, Aceh Internasional Sufi Dance Festival, dan masih banyak lagi. Diharapkan dengan adanya Visit Banda Aceh Year 2011, mampu mendongkrat terkenalnya Budaya aceh dikancah internasional. 


Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar