BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 03 Januari 2012

Materi UAS Sosiologi ! part 1


c)Suicide/emile durkheim
Durkheim mengutip empat jenis bunuh diri menurut Jousset dan Moreau de Tours, yaitu :
1.                  Maniacal Suicide atau bunuh diri gila, disebabkan oleh halusinasi atau mengingau. Seseorang yang bunuh diri dengan sebab ingin melarikan diri dari bahaya yang imajiner atau mematuhi perintah misterius dari yang diatas. Tetapi motif bunuh diri tersebut dan ragam evolusinya mencerminkan karakteristik umum penyakit dari mana ia berasal, yaitu mania.
2.                  Melancholy Suicide, hal ini berkaitan dengan depresi yang ekstrim dan kesedihan yang berlebihan. Kesenangan tidak lagi menjadi suatu hal yang menarik, dia melihat segala sesuatu seperti awan gelap. Hidup baginya tampak membosankan atau menyakitkan. Seperti perasaan yang kronis, sehingga ide-ide bunuh diri muncul.
3.                  Obsessive Suicide, yaitu tipe bunuh diri tanpa motif, tetapi semata-mata oleh gagasan tentang kematian, tanpa alasan jelas, telah sempurna merasuki pikiran pasien. Seseorang yang terobsesi oleh keinginan bunuh diri, meskipun secara sempurna ia tahu bahwa tidak ada alasan untuk melakukan itu.
4.                  Impulsive or automatic suicide, tipe bunuh diri tanpa motif seperti sebelumnya, namun ide untuk bunuh diri muncul tiba-tiba dan dalam jangka waktu yang pendek. Melihat pisau atau sedang jalan-jalan di tepi jurang, menimbulkan ide bunuh diri seketika dan dilakukan pasien seketika juga tanpa dia tau apa yang telah terjadi.
Bagi Durkheim, bunuh diri, yang bermacam-macam bentuk (egoistic suicide, altruistic suicide, anomic suicide, dan fatalistic suicide), itu memang merupakan penyimpangan perilaku seseorang. Bagaimana bunuh diri itu terjadi atau dilakukan oleh seseorang, menurut Durkhiem, disebabkan oleh benturan dua kutub integrasi dan regulasi di mana kuat dan lemahnya kedua kutub itu akan menyebabkan orang melakukan bunuh diri.

d) Rasionalisasi
     Rasionalisasi (atau rasionalisasi) adalah istilah yang digunakan dalam sosiologi untuk merujuk pada proses di mana peningkatan jumlah tindakan sosial menjadi berdasarkan pertimbangan efisiensi teleologis atau perhitungan bukan pada motivasi berasal dari moralitas, emosi, kebiasaan, atau tradisi. Hal ini dianggap sebagai aspek sentral dari modernitas, dimanifestasikan terutama dalam masyarakat Barat, sebagai perilaku pasar kapitalis; administrasi rasional dalam negara dan birokrasi; perpanjangan ilmu pengetahuan modern, dan perluasan teknologi modern. 
               Banyak sosiolog, teori kritis dan filsuf kontemporer berpendapat bahwa rasionalisasi, sebagai kemajuan palsu diasumsikan, memiliki efek negatif dan manusiawi pada masyarakat, bergerak modernitas jauh dari prinsip utama pencerahan [1]. Sosiologi itu sendiri muncul terutama sebagai reaksi kritis untuk itu : 
Rasionalisasi dan kapitalisme 
                Rasionalisasi membentuk sebuah konsep sentral dalam dasar sosiologi klasik, khususnya yang berkaitan dengan penekanan disiplin ditempatkan-Sebaliknya dengan antropologi - pada sifat dari masyarakat Barat modern. Istilah ini disajikan oleh antipositivist Jerman sangat berpengaruh, Max Weber, meskipun temanya menanggung paralel dengan kritik modernitas yang ditetapkan oleh sejumlah ulama. Sebuah penolakan dan evolusi sosiokultural dialectism menginformasikan konsep. 
                 Weber menunjukkan rasionalisasi dalam Etika Protestan dan Roh Kapitalisme, di mana tujuan dari denominasi Protestan tertentu, terutama Calvinis, yang terbukti telah bergeser ke arah berarti rasional keuntungan ekonomi sebagai cara untuk berurusan dengan 'kecemasan keselamatan' mereka. Konsekuensi rasional doktrin ini, ia berpendapat, segera tumbuh tidak sesuai dengan akar keagamaannya, dan yang terakhir akhirnya dibuang. Weber melanjutkan penyelidikan ke dalam masalah ini dalam karya-karya selanjutnya, terutama dalam studi tentang birokrasi dan di klasifikasi kekuasaan. Dalam karya-karya ini ia menyinggung langkah yang tak terelakkan ke arah rasionalisasi. 
                 Weber percaya bahwa bergerak menuju rasional-otoritas hukum tak terhindarkan. Dalam otoritas karismatik, kematian seorang pemimpin efektif mengakhiri kekuasaan otoritas itu, dan hanya melalui basis dirasionalisasi dan birokratis dapat otoritas ini dapat diteruskan. Pihak berwenang tradisional dalam masyarakat dirasionalisasi juga cenderung mengembangkan basis rasional-hukum untuk lebih memastikan aksesi stabil. 

E) Abad Pencerahan

Perkembangan pada abad pencerahan

Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran.
Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di abad pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa ini.
Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahanmasyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai tampak di abad ini. Para ahli di zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia.

Pengaruh perubahan yang terjadi di abad pencerahan

Perubahan-perubahan besar di abad pencerahan, terus berkembang secara revolusioner sapanjang abad ke-18 M. Dengan cepat strukturmasyarakat lama berganti dengan struktur yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat
 
f) Revolusi Industri
Sedangkan pengertian Revolusi Industri yaitu perubahan yang cepat di bidang ekonomi yaitu dari kegiatan ekonomi agraris keekonomi industri yang menggunakan mesin dalam mengolah bahan mentah menjadi bahan siap pakai. Revolusi Industri telah mengubah cara kerja manusia dari penggunaan tangan menjadi menggunakan mesin. Istilah "Revolusi Industri" diperkenalkan olehFriedrich Engels danLouis-Auguste Blanquidi pertengahan abad ke-19.

h) Kapitalisme
Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran untung kepentingan-kepentingan pribadi. Walaupun demikian, kapitalisme sebenarnya tidak memiliki definisi universal yang bisa diterima secara luas. Beberapa ahli mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem yang mulai berlaku di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada masa perkembangan perbankan komersial Eropa di mana sekelompok individu maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal, seperti tanah dan manusia guna proses perubahan dari barang modal ke barang jadi. Untuk mendapatkan modal-modal tersebut, para kapitalis harus mendapatkan bahan baku dan mesin dahulu, baru buruh sebagai operator mesin dan juga untuk mendapatkan nilai lebih dari bahan baku tersebut.
Kapitalisme memiliki sejarah yang panjang, yaitu sejak ditemukannya sistem perniagaan yang dilakukan oleh pihak swasta. Di Eropa, hal ini dikenal dengan sebutan guild sebagai cikal bakal kapitalisme. Saat ini, kapitalisme tidak hanya dipandang sebagai suatu pandangan hidup yang menginginkan keuntungan belaka. Peleburan kapitalisme dengan sosialisme tanpa adanya pengubahan menjadikan kapitalisme lebih lunak daripada dua atau tiga abad yang lalu.
i) Sosialisme
Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran kamasyarakatan tertentu, yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil-hasil produksi secara merata. Sosialisme sebagai ideologi politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar oleh para pengikutnya mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional –parlementer, dan tanpa kekerasan. 
Komunisme adalah bagian dari Aliran Sosialisme yang bergerak lebih radikal. Dimana Sosialisme ada pada tataran teoretis suatu paradigma sosiologi (Karl Marx pencetusnya tuh!). Sedangkan Komunisme sudah bergerak dalam tataran praksis, suatu sistem ideologi kenegaraan yang terimplementasi secara menyuluruh dan cenderung radikal di segala sektor kehidupan bernegara.
Karl marx mengatakan bahwa masyarakat sosialis muncul sebelum masyarakat komunis
Karl marx : kekuasaan dipegang kaum ptotektor
 
j) Alinasi, bentuk-bentuk alinasi
keterasingan masyarakat dari lingkungannya, karena revolusi industri telah merenggut waktu interaksi masyarakat dikarenakan jam kerja yang terlalu lama

k) feminisme, relasi gender
PENGERTIAN FEMINISME
Feminisme atau yang sering dikenal dengan sebutan emansipasi berasal dari bahasalatin yang berarti perempuan.Menurut Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan, feminisme adalah suatu kesadaranakan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat, di tempat kerja dandalam keluarga, serta tindakan sadar perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaantersebut.Sedangkan menurut Yubahar Ilyas, feminisme adalah kesadaran akan ketidakadilan jender yang menimpa kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun masyarakat, sertatindakan sadar oleh perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaan tersebut.Ada tiga ciri feminisme, yaitu :

1. Menyadari akan adanya ketidakadilan gender
2.Memaknai bahwa gender bukan sebagai sifat kodrati
3.Memperjuangkan adanya persamaan hak

l) etnisitas
Pengertian etnisitas berasal dari kata Ethnos dalam bahasa Yunani kuno, pengertiannyaadalah sekelompok orang-orang yang memiliki ciri-ciri yang sama dalam hal budaya dan biologis serta bertindak menurut pola-pola yang sama.

stigma
Stigma dari bahasa Yunani (στιγμα: "tanda" or "bercak"; majemuk: stigmata, στιγματα) mengandung beberapa arti. Istilah ini berasal dari tanda-tanda yang dimiliki seseorang pada tubuhnya (bekas bakaran atau torehan) yang antara lain menandakan bahwa orang itu adalahbudak, penjahat, atau pengkhianat. Ia adalah orang yang cacat moralnya dan karena itu harus dihindari, khususnya di tempat umum.
Di dalam sejarah Gereja Kristen, istilah ini kemudian bisa mengandung dua arti, yaitu tanda-tanda fisik yang diyakini berasal dari Tuhan(misalnya tonjolan pada kulit), dan acuan medis kepada tanda-tanda keagamaan ini sebagai petunjuk adanya cacat fisik. Contohnya, St. Fransiskus dari Asisi dipercayai mempunyai stigmata, tanda-tanda pada tubuhnya yang sama seperti tanda-tanda bekas luka karena penyaliban pada diri Yesus.
Kata "stigma" juga dipergunakan dalam istilah "stigma sosial", yaitu tanda bahwa seseorang dianggap ternoda dan karenanya mempunyai watak yang tercela, misalnya seorang bekas narapidana yang dianggap tidak layak dipercayai.
Stereotipe
Stereotipe adalah pendapat atau prasangka mengenai orang-orang dari kelompok tertentu, dimana pendapat tersebut hanya didasarkan bahwa orang-orang tersebut termasuk dalam kelompok tertentu tersebut. Stereotipe dapat berupa prasangka positif dan negatif, dan kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif. Sebagian orang menganggap segala bentuk stereotipe negatif. Stereotipe jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang. Berbagai disiplin ilmumemiliki pendapat yang berbeda mengenai asal mula stereotipe: psikolog menekankan pada pengalaman dengan suatu kelompok, polakomunikasi tentang kelompok tersebut, dan konflik antarkelompok. Sosiolog menekankan pada hubungan di antara kelompok dan posisi kelompok-kelompok dalam tatanan sosial. Para humanis berorientasi psikoanalisis (mis. Sander Gilman) menekankan bahwa stereotipesecara definisi tidak pernag akurat, namun merupakan penonjolan ketakutan seseorang kepada orang lainnya, tanpa memperdulikan kenyataan yang sebenarnya. Walaupun jarang sekali stereotipe itu sepenuhnya akurat, namun beberapa penelitian statistik menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus stereotipe sesuai dengan fakta terukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar